Kelompok 2
(2B)
Ade Wahyu Putri Pratama, Dewi Puspita Sari, Ida Ayu Wayan Regita
Iswari Puri,
Nurul Solikha Nofiani, Reni Juwita, Syafaqatul Humairoh
Abstrak. Keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi
adalah salah satu indikator terkuat yang dapat digunakan untuk menduga tingkat
kelahiran di masa mendatang. Keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang berpengaruh terhadap
keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi menurut para ahli antara lain faktor
lingkungan struktur sosial ekonomi, norma besarnya keluarga, pengaruh kematian
terutama kematian bayi dan anak.
Dari hasil data SDKI tahun 2007, dapat
diketahui persentase ibu yang ingin mempunyai anak lagi di Indonesia adalah
sebesar 46,5 persen. Selain itu, dari pengkajian data SDKI tahun 2007 kita
dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan ibu untuk mempunyai
anak lagi dan mengetahui arah hubungan dan kecenderungan
setiap kategori dalam masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap keinginan
ibu di Indonesia tahun 2007 untuk mempunyai anak lagi.
Dari hasil
pengkajian data SDKI 2007, daerah tempat tinggal mempengaruhi keinginan ibu
untuk mempunyai anak lagi. Persentase ibu yang ingin mempunyai anak lagi di
daerah pedesaan lebih besar dibandingkan persentase di daerah perkotaan.
Dikarenakan di daerah pedesaan memegang anggapan bahwa anak merupakan sumber tenaga kerja yang sangat penting,
selain itu anak dianggap sebagai asuransi di hari tua, pelangsung keturunan,
teman di rumah, penolong dan pelindung keluarga.
Namun faktor pendidikan tidak terlalu
berpengaruh terhadap keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi, karena semakin
tinggi pendidikan malah berbanding lurus dengan keinginan mempunyai anak lagi. Faktor
jumlah anak yang masih hidup juga berpengaruh terhadap keinginan ibu untuk mempunyai
anak lagi. Ibu yang mempunyai anak yang masih hidup lebih banyak memiliki kecenderungan
untuk tidak ingin mempunyai anak lagi, hal ini dikarenakan tanggungan biaya
hidup yang akan semakin meningkat bila menambah anak lagi. Adapun faktor
lainnya yang mempengaruhi adalah faktor
biologis ibu khususnya umur ibu, preferensi terhadap jenis kelamin tertentu,
status bekerja ibu, faktor sosial ekonomi, dan kematian bayi dan anak.
Kata Kunci: ibu, ingin punya anak lagi
1 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tingkat kelahiran
di suatu wilayah disebabkan oleh berbagai faktor baik yang secara langsung maupun
tidak langsung. Menurut Fredman, Hermalin dan Chang (1975) dalam Hatmadji dan
Poedjastoeti (1991) indikator terkuat untuk mengetahui tingkat kelahiran pada
masa yang akan datang adalah keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi. Apabila
persentase ibu yang ingin punya anak lagi di suatu daerah tinggi, maka dapat
dipastikan tingkat kelahiran pada masa mendatang di daerah tersebut cenderung
tinggi. Tingginya tingkat kelahiran yang tidak sejalan dengan tingkat kematian
khususnya kematian bayi dan anak yang telah relatif rendah sebagai akibat dari
keberhasilan program kesehatan ibu dan anak, maka kedua hal tersebut secara
bersama-sama akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk.
Ananta (1990)
mengemukakan bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menimbulkan
banyak masalah seperti mempercepat penyusutan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui maupun yang dapat diperbaharui, kotoran dan sampah manusia yang
terus meningkat yang pada akhirnya menyebabkan banyak terjangkitnya wabah
penyakit, timbulnya kesenjangan sosial dan kekurangan pangan. Widiyanti (1987)
juga mengemukakan bahwa tingkat pertumbuhan yang pesat dapat menimbulkan
berbagai kendala yang dapat menghambat usaha peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat, seperti pengadaan pangan, lapangan pekerjaan, kesehatan,
pendidikan dan pemukiman.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan
oleh BPS mencatat bahwa persentase ibu yang ingin mempunyai anak lagi di
Indonesia pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebesar 46,5 persen. Menurut Bulatao dan Fawcett
(1983) dalam Hatmadji dan Poedjastoeti (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi
keinginan untuk mempunyai anak lagi adalah pengalaman wanita dalam
fertilisasinya di masa lalu, latar belakang sosial ekonomi, wilayah tempat tinggal
dan agama.
Sementara Freedman (1969) dalam Meyer (1978) mengemukakan bahwa
keinginan mempunyai anak lagi dipengaruhi oleh faktor lingkungan struktur
sosial ekonomi, norma besarnya keluarga, dan pengaruh kematian terutama
kematian bayi dan anak. Kematian bayi dan anak yang tinggi menyebabkan keluarga ingin mempunyai
anak yang banyak, sehingga jika suatu saat nanti ada anak yang meninggal maka
keluarga tersebut masih tetap memiliki anak (Fawcett, 1984).
Persentase ibu
yang ingin punya anak lagi yang cukup tinggi karena dapat menyebabkan tingkat
kelahiran pada masa mendatang di Indonesia susah untuk menurun atau justru akan
meningkat. Hal ini tentu mengganggu pikiran berbagai pihak khususnya pemerintah,
sehingga wajar apabila upaya untuk mencari penyebab atas tingginya persentase
ibu yang ingin punya anak lagi di Indonesia merupakan tujuan utama dari
penelitian ini.
1.2 Tujuan
Secara umum penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempunyai pengaruh pada keinginan
ibu di Indonesia tahun 2007 untuk mempunyai anak lagi setelah mempunyai dua
anak. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
- Mengetahui pola hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keinginan ibu di Indonesia tahun 2007 untuk mempunyai anak lagi setelah mempunyai dua anak.
- Mengetahui arah hubungan dan kecenderungan setiap kategori dalam masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap keinginan ibu di Indonesia tahun 2007 untuk mempunyai anak lagi setelah mempunyai dua anak.
2 Metodologi
2.1 Definisi-Definisi
Mengacu pada kerangka pemikiran yang ada, maka rincian
penjelasan mengenai konsep dan definisi yang digunakan pada penelitian tentang keinginan
punya anak lagi di Indonesia tahun 2007 ini adalah sebagai berikut:
- Kawin adalah status dari mereka yang terikat perkawinan pada saat pencacahan, baik yang tinggal bersama maupun tinggal berpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dansebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri.
- Keinginan punya anak lagi hanya ditanyakan pada wanita usia 15-49 tahun yang berstatus kawin dan tidak disterilisasi.
- Umur dihitung sampai bulan dan tahun terakhir dengan pembulatan ke bawah menurut ulang tahunnya yang terakhir.
- Bekerja adalah kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-berturut selama seminggu yang lalu dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan.
- Kematian anak adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan seorang anak secara permanen, yang biasa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
- Daerah tempat tinggal adalah tempat atau lokasi yang dijadikan oleh seorang untuk bertempat tinggal, yang dibedakan menjadi daerah perkotaan dan daerah pedesaan.
- Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh seorang ibu.
- Anak yang masih hidup adalah anak yang lahir dalam keadaan hidup dan masih hidup pada saat tertentu, tanpa menghiraukan apakah mereka hidup dengan orang tuanya atau terpisah.
2.2 Sumber dan Kualitas Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
mentah yang telah dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) dan Kementrian Kesehatan dalam Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yang dilaksanakan pada 25 Juni hingga 31 Desember 2007. Survei ini mengumpulkan berbagau informasi dan
data tentang fertilitas, keluarga berencana, dan kesehatan, khususnya kesehatan
reproduksi di 33 propinsi di Indonesia.
Rumah tangga untuk sampel SDKI 2007 diperoleh dari rancangan sampel
survei yang ditentukan oleh BPS. Kerangka sampel yang digunakan dalam SDKI 2007
yang dilaksanakan di seluruh propinsi, dibedakan menurut tahapan pemilihan unit
sampling, yaitu kerangka sampe untuk pemilihan blok sensus dan kerangka sampel
untuk pemilihan rumah tangga. Dalam pemilihan blok sensus, kerangka sample yang
digunakan adalah daftar blok sensus terpilih Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) 2007. Untuk pemilihan rumah tangga, kerangka sampel yang digunakan
adalah daftar rumah tangga hasil listing Sakernas 2007 (Daftar SAK07-L(II))
pada blok sensus terpilih SDKI 2007.
Rancangan sampel yang digunakan adalah rancangan sampel
dua tahap. Pada tahap pertama, dipilihse jumlah blok sensus secara sistematik
dari daftar blok sensus terpilih Sakernas 2007, hal ini dilakukan di BPS Pusat
(daerah perkotaan dan pedesaan dilakukan secara terpisah dalam setiap propinsi).
Pada tahap kedua, dipilih 25 rumah tangga untuk setiap blok sensus terpilih
SDKI 2007 secara sistematik dari Daftar SAK07-L(II), pemilihan ini dilakukan
oleh BPS Propinsi.
Dari seluruhsampel SDKI 2007 di seluruh propinsi di
Indonesia, keinginan untuk mempunyai anak lagi yang dilihat dalam penelitian ini
adalah pada wanita kawin yang berusia antara 15-49 tahun, mempunyai risiko untuk
hamil dan mantap dalam menyatakan keinginannya untuk mempunyai anak lagi.
Setelah dilakukan pemilihan diperoleh 42.341 rumah tangga yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia.
2.3 Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan dari
penelitian ini adalah data ini menggunakan Survei Demografi dan Kesehatan
(SDKI) 2007 yang sudah dilakukan juga pada tahun-tahun sebelumnya, dengan
sampel pada tahun 2007 sebanyak 42.341 rumah tangga dengan persentase
respondnya sebesar 99%. Hal ini menunjukkan tingkat non-respon yang sangat
kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah data yang tersedia hanya terbatas
pada beberapa karakteristik saja, seperti daerah tempat tinggal, pendidikan
ibu, dan jumlah anak yang masih hidup sehingga belum dapat membuktikan secara
keseluruhan pendapat para ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi.
3 Analisis dan
Pembahasan
3.1 Analisis Deskriptif
Karakteristik daerah tempat tinggal
dikelompokkan menjadi dua, yaitu perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan tabel 1 diketahui
bahwa persentase ibu yang ingin mempunyai anak lagi di Indonesia lebih tinggi
di daerah pedesaan (48 persen) dibandingkan dengan di daerah perkotaan (44
persen).
Tabel 1 Persentase Ibu Menurut Daerah
Tempat Tinggal dan Keinginan Mempunyai Anak Lagi di Indonesia Tahun 2007
Daerah Tempat Tinggal
|
Ingin Anak Lagi
|
Tidak Ingin Anak Lagi
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
Perkotaan
|
44,5 %
|
55,5 %
|
Pedesaan
|
48,0 %
|
52,0 %
|
Sumber : Diolah dari data SDKI 2007
Dari tabel 2 diketahui bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki ibu di Indonesia, maka persentase
ibu yang ingin mempunyai anak semakin besar secara umum. Pada ibu yang tidak
menduduki jenjang pendidikan formal yang ingin mempunyai anak lagi sebesar 28,0
persen sedangkan ibu yang sempat menempuh bangku SD keinginan mempunyai anak lagi
sebesar 35,4 persen, dan untuk yang lulus SD sebesar 45,6 persen. Sedangkan
persentase ibu yang ingin mempunyai anak lagi untuk pendidikan tingkat lanjut semakin
besar.
Tabel 2 Persentase Ibu Menurut Tingkat Pendidikan
dan Keinginan Mempunyai Anak Lagi di Indonesia Tahun 2007
Pendidikan
|
Ingin Anak Lagi
|
Tidak Ingin Anak Lagi
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
Tidak Sekolah
|
28,0 %
|
72,0 %
|
Tidak tamat SD
|
35,4 %
|
64,6 %
|
Tamat SD
|
45,6 %
|
54,4 %
|
Tidak tamat SLTP
|
54,5 %
|
45,5 %
|
Tamat SLTP
|
53,1 %
|
46,9 %
|
Sumber : Diolah dari data SDKI 2007
Berdasarkan tabel
3 diperoleh informasi bahwa persentase ibu yang ingin memiliki anak untuk ibu
yang belum memiliki anak adalah sebesar 96 persen. Sedangkan persentase ibu
yang ingin memiliki anak lagi untuk ibu yang sudah memiliki satu anak adalah
sebesar 84,8 persen. Namun terjadi penurunan yang sangat tajam bagi ibu yang
sudah memiliki dua anak, yaitu persentasenya sebesar 38,2 persen untuk ibu yang
ingin memiliki anak lagi. Hingga pada akhirnya persentase ibu yang memiliki
lebih dari 6 anak hanya 12,7 persen saja yang ingin memiliki anak lagi.
Tabel 3 Persentase Ibu menurut Jumlah Anak
yang Masih Hidup dan Keinginan Mempunyai Anak Lagi di Indonesia Tahun 2007
Jumlah Anak yang Masih Hidup
|
Ingin Anak Lagi
|
Tidak Ingin Anak Lagi
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
0
|
96,0 %
|
4,0 %
|
1
|
84,8 %
|
15,2 %
|
2
|
38,2 %
|
61,8 %
|
3
|
21,1 %
|
78,9 %
|
4
|
15,4 %
|
84,6 %
|
5
|
10,7%
|
89,3 %
|
6+
|
12,7%
|
87,3 %
|
Sumber : Diolah dari data SDKI 2007
3.2 Pembahasan
Untuk mengetahui keinginan mempunyai anak, wanita
berstatus kawin dalam SDKI 2007 ini, responden ditanya tentang keinginan
mempunyai anak pada masa mendatang. Pertanyaan-pertanyaan mencakup keinginan
menambah anak, menjarangkan kelahiran anak berikutnya, dan membatasi kelahiran.
Berdasarkan hasil analisis, maka ada beberapa hal yang akan dibahas berdasarkan
karakteristik yang sudah dipaparkan di atas.
3.2.1 Daerah tempat tinggal
Hasil analisis menunjukkan bahwa daerah tempat tinggal
mempunyai pengaruh terhadap keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi di
Indonesia pada tahun 2007. Ibu yang tinggal di daerah pedesaan cenderung ingin
mempunyai anak dibandingkan dengan ibu yang tinggal di daerah perkotaan. Hal
ini menurut Sriudiyani (2001) disebabkan karena adanya banyak anggapan bahwa
anak merupakan sumber tenaga kerja yang sangat penting di daerah pedesaan, anak
dianggap sebagai asuransi di hari tua, pelangsung keturunan, teman di rumah,
penolong dan pelindung.
Hal tersebut juga terjadi karena pandangan-pandangan
baru selalu dimulai dan diterima terlebih dahulu oleh penduduk daerah perkotaan,
baru kemudian diteruskan
ke penduduk daerah pedesaan. (Singh dan
Casterline, 1985 dalam Hatmaji dan Poedjastoeti, 1991). Hasil analisis ini juga
didukung oleh penelitian Hatmaji dan Poedjatoeti (1991) yang mengemukakan bahwa
menemukan kecenderungan
wanita di daerah pedesaan untuk ingin mempunyai anak lagi jika dibandingkan dengan
yang tinggal di daerahperkotaan.
Anwar (1995) juga menjelaskan
bahwa masyarakat perkotaan dianggap memiliki perilaku atau gaya hidup yang
berbeda masyarakat pedesaan. Kondisi hidup wanita di perkotaan dengan pendidikan
yang lebih tinggi dan status pekerjaan yang lebih baik mendorong seseorang untuk
memilih mempunyai keluarga kecil, sehingga tingkat kelahiran di daerah perkotaan
lebih rendah daripada di pedesaan.
3.2.2
Pendidikan ibu
Dilihat dari persentase ibu yang ingin mempunyai anak
berdasarkan tingkatpendidikan, diketahui bahwa ibu yang ingin mempunyai anak
pada kelompok ibu yang hanya SD atau kurang lebih rendah daripada ibu yang
berpendidikan SLTP, namun perbedaannya tidak terlalu jauh. Dari hasil analisis,
hal ini tidak menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang
dimiliki ibu di Indonesia maka keinginan untuk mempunyai anak semakin
berkurang, sebab dengan dengan peningkatan pendidikan seorang ibu dapat
mempengaruhi pandangan terhadap aspirasi norma pembentukan keluarga dan dapat
mendorong keinginan untuk membentuk keluarga kecil (Cochrane, 1979 dalam
Hatmaji dan Poedjatoeti, 1991).
3.2.3 Jumlah anak yang masih hidup
Dilihat
dari persentase ibu yang ingin memiliki anak lagi berbanding terbalik dengan
banyaknya anak masih hidup yang dimilikinya. Semakin
banyak anak masih hidup yang dimiliki ibu, maka semakin kecil pula keinginannya
untuk menambah anak lagi.Hal ini bisa dikarenakan beban tanggungan orang tua
akan bertambah berat jika di dalam suatu keluarga memiliki anak yang banyak.
Pekerjaan ibu juga akan lebih bertambah lagi jika ia memiliki anak yang lebih
banyak lagi.
3.2.4 Faktor-kaktor
lain yang mempengaruhi keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi
Faktor biologis ibu yaitu umur ibu mempunyai pengaruh yang cukup
besar terhadap keinginan mempunyai anak lagi. Sriudiyani (2001) mengemukakan
bahwa keinginan untuk memiliki anak lagi terlihat sangat berkurang pada
kelompok wanita yang berumur tua, dibandingkan dengan mereka yang berumur lebih
muda. Kondisi ini menurut Muki Reksoprodjo dikarenakan jaringan alat-alat
reproduksi dan jalan lahir pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun telah
menjadi tua sehingga cenderung berakibat buruk bagi ibu maupun bagi anak pasa
saat kehamilan dan persalinan.
Di samping itu juga dikarenakan ibu yang berusia lebih dari 35
tahun sedang mengalami penurunan tingkat kesuburan (fecundity)secara terus-menerus sampai pasa saat mati haid (menopause) yaitu sekitar usia 50 tahun,
dimana pada saat itu seorang ibu secara permanen menjadi steril. Adanya
preferensi terhadap salah satu jenis kelamin anak maupun terhadap kelengkapan
jenis kelamin anak di suatu wilayah menurut Arnold (1984) dalam Putrawan (2001)
dipengaruhi oleh faktor daerah tempat tinggal, umur ibu, serta faktor
situasidan latar belakang yang meliputi pendidikan dan status bekerja ibu. Menurut
Wongbinsoon dan Ruffolo (1995) dalam Putrawan (2001) yang mengemukakan bahwa
preferensi terhadap jenis kelamin anak tertentu maupun terhadap kelengkapan
jenis kelamin anak mempunyai pengaruh yang besar pada banyak anak yang
dilahirkan.
Sri Harijati Hatmadji (1984) mengemukakan bahwa wanita yang tidak
bekerja cenderung ingin mempuyai anak yang lebih banyak daripada wanita yang
bekerja. Kondisi ini menurut Susilastuti, dkk (1994) dalam Sukerik (2001)
dikarenakan wanita yang bekerja harus membagi konsentrasinya untuk
tanggungjawab terhadap pekerjaan dan sebagai ibu rumah tangga, sehingga mereka
lebih menyukai keluarga kecil yang akan lebih memberikan keleluasaan bergerak
kepada mereja dibandingkan dengan keluarga besar.
4 Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Faktor daerah tempat tinggal mempunyai pengaruh terhadap keinginan untuk mempunyai anak, di mana yang tinggal di daerah pedesaan cenderung ingin mempunyai anak dibandingkan dengan yang tinggal di daerah perkotaan. Oleh sebab itu di daerah pedesaan perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah seperti memperbanyak sarana pendidikan, lapangan pekerjaan, petugas dan pelayan kesehatan serta pemerintah harus lebih intensif untuk memberikan sosialisasi mengenai program Keluarga Berencana.
- Faktor pendidikan ibu tidak berpengaruh secara nyata terhadap keinginan mempunyai anak, di mana hal ini tidak menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki ibu di Indonesia maka keinginan untuk mempunyai anak semakin berkurang.
- Faktor jumlah anak yang masih hidup sangat berpengaruh terhadap keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi, dimana semakin banyak anak masih hidup yang dimilikinya maka akan semakin kecil keinginannya untuk menambah anak lagi.
- Adapun faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi menurut para ahli antara lain, umur ibu, preferensi terhadap jenis kelamin tertentu, status bekerja ibu, faktor sosial ekonomi, dan kematian bayi dan anak.
4.2 Saran
Berdasarkan berbagai
keterbatasan dari hasil penelitian tentang keinginan Ibu di Indonesia untuk
mempunyai anak, maka hal-hal yang disarankan untuk penelitian selanjutnya
adalah:
- Tidak hanya meneliti keinginan ibu untuk mempunyai anak, namun meneliti keinginan pasangan suami-istri untuk mempunyai anak sebab keputusan untuk mempunyai anak tidak hanya tergantung dari ibu namun juga dari bapak.
- Data yang digunakan sebaiknya bukan data sekuder sebab data tersebut dikumpulkan mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda dengan tujuan penelitian.
- Perlu dikaji lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tingginya keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi dengan menggunakan data yang lebih baru lagi.
Referensi
Badan Pusat Statistik. (2008). Indonesia Demographic
and Health Survey 2007. Jakarta: Kerjasama BPS, BKKBN, Kementrian Kesehatan,
Macro International.
Badan Pusat Statistik. (2012). Laporan Pendahuluan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kerjasama BPS, BKKBN,
Kementrian Kesehatan, Macro International.
Badan
Pusat Statistik. (Kamis, 20 Juni 2013). http://www.bps.go.id/menutab.php?tab=6.
Istilah Statistik.
Maidiana, Maria IIn. (2002). Tingginya Keinginan Ibu
di Propinsi Jawa Barat Tahun 1997 Untuk Mempunyai Anak Lagi. Jakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Statistik.
Meyer. P. A. (1978). Pengantar Demografi. Jakarta:
Lembaga DemografiFakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar